Kamis, 02 Oktober 2014


By : X cerpens
Avicenna

    Namaku Avicenna. Nama yang keren bukan ? yah, aku bangga punya nama ini. Kata ayah, aku akan jadi orang besar nantinya karena nama ini. Tapi kisah ini bukan tentang nama ku, melainkan kebiasaan ku. Yah, kebiasaanku yang selalu bertanya dan berdebat dengan orang lain. Entah kenapa aku selalu bersemangat jika memiliki pandangan berbeda dengan yang lain. Karena saat itu, aku mulai berdebat dengan mereka. Tentang apa saja, politik, sosial, ekonomi, militer acara tv,olahraga bahkan wanita. Yah, untuk yang terakhir tadi aku ahlinya. Bukannya sombong, tapi aku memang salah satu cowok idola para wanita. Ini menurut survey yang dilakukan siswa-siswa yang menamakan diri sebagai kelompok pecinta wanita  atau disingkat KETAWA. Aku sendiri heran, kenapa aku termasuk salah satu cowok idola. Mungkin ini yang namanya takdir.
    Tapi cerita ini bukan tentang wanita atau kisah romantisme. Ini masih tentang kebiasaan ku. Yah, bertanya dan berdebat.  Waktu itu pelajaran agama islam dimulai. kelasku yang berada di ujung sekolah, tepat bersampingan dengan kantor guru. angin semilir yang berhembus di celah rerumputan, melesit menembus kaca-kaca jendela. mulut ventilasi seolah menarik nafas, memenuhi ruang dengan udara segar. kegaduhan di setiap pergantian jam mengajar selalu menjadi siklus tak ada henti. aku yang sedari, duduk memaku di sisi jendela, menatap lapang yang luas dengan pohon ketapang ditengahnya. tak ada ketenangan selain di sudut ini. menengelamkanku kedalam iamajinasi tak terbatas.
Semuanya kaget. sang guru sudah mendekati pintu kelas. semua murid mulai merapikan posisi duduknya. ada yang mengambil catatan, duduk manis di bangku terdepan, yang lain malah sibuk berebut lini belakang ruangan itu. khayalanku terhenti, dengan gaya malas aku menatap ke arah pintu, melihat guru emlangkahkan kaki menuju singgasanannya.
"siang anak-anak".
"siang pak".
guru yang sudah berada di depan para murid, bersiap untuk membawakan materi hari ini. Pembahasannya seputar sejarah kebesaran islam pada abad 8 hingga 13 SM. Aku sangat suka pembahasan berbau sejarah karena banyak pandangan di dalamnya. Guru mulai menjelaskan tentang perkembangan islam pada masa Rasulullah SAW , umar bin khatab, harun al rasyid dan masih banyak lagi. Aku dan teman-teman terkagum-kagum mendengarnya. Ada rasa bangga dan semangat ketika mendengar kemajuan islam dalam segala bidang kehidupan, utamanya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kota-kota islam seperti Cordoba di spanyol dan Baghdad di Iraq pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan yang memiliki perpustakaan-perpustakaan besar berisi berbagai macam ilmu. Dari segala penjuru dunia, orang-orang berdatangan untuk belajar. Bahkan mesir memiliki universitas  tertua di dunia yang tak lain universitas al-azhar.
“siapa yang tak kenal ilmuwan-ilmuwan islam yang banyak memberikan sumbangan bagi kemajuan iptek”.
 “Ibn sina, al khawarizmi, al kindi, ibn rusyd , al Battani dan masih banyak lagi. Apa ada yang tahu siapa mereka ?” guru agama begitu berapi-api ketika menyebutkan nama-nama ini.
“aku tahu siapa ibn sina, dia orang yang ahli ilmu kedokteran pak”, harun  teman sekelasku mulai angkat bicara.
“benar sekali harun. Tapi ibn sina tidak hanya menguasai ilmu kedokteran. Ia juga menguasai matematika, astronomi dan filsafat. Makanya ibn sina sering disebut polymath , ilmuwan yang menguasai lebih dari satu ilmu”, jawab  guru agama sambil tersenyum.
“wah, hebat sekali pak. aku juga ingin seperti ibn sina”, yahya yang sejak tadi asyik memperhatikan juga merasa kagum.
“kalau begitu, kau harus belajar lebih giat lagi. Jangan mau kalah sama ibn sina”.
“nanti saya usahakan pak”,yahya senyum malu dan tiba-tiba semua murid tertawa .
“tapi apa penyebab peradaban islam runtuh pak ?”, kali ini giliran aku yang bertanya.
Para murid yang tadinya tertawa, kembali diam dan mencoba memikirkan pertanyaanku.
“banyak hal yang menjadi penyebabnya dan yang paling besar adalah akibat kesenangan duniawi”.Guru agama sepertinya merasa pertanyaan ini terlalu cepat.
“apakah ajaran islam tak mampu membentengi diri orang-orang pada zaman itu ?”, aku semakin tertarik.
“islam senantiasa melindungi orang-orang yang taat dan beriman, tapi mereka malah mengikuti hawa nafsunya”.
“Khalifah al mutawakkil bahkan membangun istana dan masjid yang super megah, bahkan ia memiliki ribuan wanita cantik di harem  miliknya. Apa itu tidak berlebihan ?”,
“itu tentu sangat berlebihan, Kita telah di ajarkan untuk hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan”.
“tapi, bukankah ia seorang khalifah yang pastinya memiliki pengetahuan agama yang baik dan budi pekerti yang luhur ?”.
“khalifah al-mutawakkil juga seorang manusia yang bisa berbuat salah dan khilaf”.
“apa itu karena system monarki yang dianut khilafah pada masa itu,yang bukannya memilih pemimpin yang terbaik  melalui musyawarah, menjadi penyebab lahirnya pemimpin-pemimpin islam yang kurang kompeten pak?”, aku makin penasaran.
Murid yang lain sangat serius memperhatikan Tanya jawab antar aku dan pak guru. Tak ada yang ingin berkomentar. Semuanya diam dan menyimak.
“sebelum seorang khalifah dipilih sebagai penerus, tentu ia sudah dinyatakan lulus atas semua syarat sebagai khalifah”.
“tapi itu tetap saja monarki pak. Kita tahu bahwa penyebab hancurnya kerajaan romawi dan Persia juga karena pemimpin mereka yang lemah, yang hanya berdasar pada garis keturunan saja. Apakah orang lain yang berasal dari rakyat biasa tak bisa jadi pemimpin pak?”,
“setiap manusia sudah ditakdirkan menjadi pemimpin di muka bumi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Jadi, tak ada istilah kasta  dalam hal memimpin”.
“bagaimana dengan wanita. Apa mereka bisa jadi pemimpin ?”. untuk pertanyaan yang satu ini, aku benar-benar menaruh perhatian.
“pria dan wanita memiliki tanggung jawab yang berbeda di dalam kehidupan. Seperti dalam keluarga, ayah adalah kepala keluarga dan ibu adalah guru bagi anak-anak. Tapi dalam bidang lain seperti politik maupun ekonomi, jika  wanita memiliki keahlian, mereka punya hak yang sama seperti halnya pria”.
“penyebab lain mundurnya islam juga karena terjadi pertentangan antara tokoh agama konservatif dengan para filsuf. Tokoh agama menganggap bahwa mempertanyakan agama dapat menodai kesucian agama itu sendiri. Sedangkan  kaum rasioanalis memaksakan akal terhadap keeksistensian Tuhan dan kehidupan setelah mati, walaupun tidak semuanya memiliki pemikiran ekstrem seperti ini”, Pak guru semakin serius menjelaskan.
    Ali yang sejak tadi ingin bertanya , memberanikan diri mengangkat tangan.
“bukankah hal seperti ini juga terjadi pada zaman kegelapan di eropa hingga menuju  era renaisans, yang menyebabkan beberapa ilmuan seperti galileo galilei harus dihukum oleh pihak gereja karena memiliki pandangan berbeda tentang pusat tata surya  pak?” ali berkata dengan sangat mengebu-gebu.
“keadaannya memang hampir mirip dengan di eropa saat abad pertengahan. Tapi, pada akhir abad ke-12 pemikiran konservatif mengalahkan kelompok rasionalis sehingga terjadi konservatisme  yang berlebihan yang membuat orang-orang islam menjauhi rasionalitas dan ilmu pengetahuan yang berdasarkan akal”.
“apakah hal ini yang membuat islam tertinggal dan tak bisa bangkit kembali, karena orang islam sendiri terlalu sibuk memusuhi ras dan agama lain, dibanding memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi pak ?”, aku kembali menampik jawaban pak guru.
     “jadi begini avi………….”,Belum sempat pak guru menjawab, bunyi  bel istirahat mendahului. Akupun kecewa berat karena jawabannya pun menggantung.
“Jawabannya akan dilanjutkan minggu depan” pak guru segera bergegas meninggalkan kelas.
Semua murid serentak berteriak,
“yahhhhhhhhhhhhh…………..?”.

12.48 AM, 15 September 2014








   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar